Langsung ke konten utama

Eksistensi Wayang Golek di Kabupaten Sukabumi


Kini masyarakat Indonesia sudah tidak asing lagi dengan namanya wayang golek, apalagi untuk masyarakat Jawa Barat. Namun, apakah kesenian yang sudah dikenal tidak akan terasingkan? Jawabannya belum tentu. Kesenian termasuk di dalamnya wayang golek bisa saja tenggelam ditelan zaman, bisa jadi pula ia semakin nampak di kancah negara bahkan dunia. Lalu, bagaimanakah kehadiran wayang golek saat ini dan bagaimana cara seorang seniman mempertahankannya?

https://youtu.be/MbREsJOiLZk

Wayang golek merupakan salah satu seni pertunjukan teater rakyat berupa wayang yang terbuat dari boneka kayu dan berasal dari masyarakat Sunda. Selain untuk pelengkap upacara selamatan atau ruwatan, pertunjukan seni wayang golek juga berfungsi sebagai hiburan dalam acara-acara tertentu.

Pada dasarnya, wayang golek masih bisa ditemukan di beberapa pedesaan. Salah satunya yaitu di daerah Cidolog, kabupaten Sukabumi. Berkembang dari tangan seorang dalang bernama Ade Koswara. Berkatnya, wayang golek masih bisa eksis dan diapresiasi oleh masyarakat. Lima belas tahun ia berkancah di dunia pewayangan, hasil ketekunannya belajar dari satu dalang ke dalang lainnya. Membuat ia tampak dan mencuri perhatian masyarakat.

https://youtu.be/t1NKQGfzsFo


Meski pada awalnya tak memiliki niatan untuk menjadi seorang dalang, namun takdir tetap membawanya pada dunia pewayangan. Ia tergugah untuk menyebar luaskan wayang golek atas dasar kecintaannya pada kesenian yang berasal dari tanah kelahirannya itu.

Lingkung Seni Sekar Anom Putera adalah grup yang ia kembangkan dari Ayahnya dahulu yang juga merupakan seorang dalang. Grup tersebut terdiri dari anak-anak atau remaja Cidolog. Dari situlah wayang golek di daerah ini mulai berkembang sampai ke luar daerah.

Antusias atau minat penonton terhadap wayang golek di Cidolog sangatlah baik. Banyak dari mereka yang ikut mengapresiasi pertunjukan wayang golek tersebut. Pemerintah dan masyarakatpun selalu siap sedia membantu proses pertunjukan, secara tenaga maupun dalam segi pendananaan. Ini artinya, masyarakat Cidolog sangatlah mendukung terhadap kesenian yang ada di daerahnya.

Menurut Ade Koswara, yang menyebabkan masyarakat minat terhadap wayang golek karena yang pertama adalah menghibur, banyak lawakan-lawakan yang menimbulkan tawa penonton sehingga mereka tidak jenuh melihat wayang golek; kedua, selain dari hiburan wayang golek juga memberikan dakwah dan edukasi kepada masyarakat yang menontonnya, hal ini sesuai dengan kehidupan di lingkungan tersebut, sangat erat dengan agama. Sehingga tidak hanya hiburan saja yang mereka dapatkan tetapi juga nilai-nilai dan pelajaran yang bermakna; ketiga, memiliki nilai sosial dan politik. Wayang golek tidak sekadar media untuk menyampaikan dakwah tetapi juga politik pemerintah dan lingkungan sosial. Selain itu, durasi pertunjukan wayang golek kini dibatasi sampai waktu tertentu, tidak sampai semalam suntuk. Sebab itu, masyarakat sangat mendukung dan memberikan respon yang baik dengan adanya wayang golek di lingkungan mereka, karena demikian fungsi dari wayang golek itu sendiri (Sebagai hiburan dan dakwah/edukasi, sosial, juga politik).

Hal ini menjadi bukti bahwa masih ada seniman yang tetap semangat juga mempertahankan kesenian wayang golek. Meskipun dipertontonkan di acara atau peringatan tertentu saja (seperti pernikahan, hari kemerdekaan, dan semacamnya), Namun, seni tersebut masih bisa dikatakan hidup dan diakui keberadaannya, bahkan didukung penuh oleh masyarakat.

Ade Koswara menggunakan daya kreatifitasnya terhadap wayang golek agar tidak monoton. Ia juga melakukan inovasi cerita wayang dengan memakai cerita rakyat yang berasal dari Cidolog. Hal ini ia lakukan agar ada suatu pembaharuan dan meningkatkan minat masyarakat lagi, menimbulkan kegairahan, dan menghilangkan kejenuhan penonton. Meski begitu, ia tetap mempertahankan apa yang seharusnya ada dalam wayang golek, tidak merombak atau mengubah sepenuhnya.

Dalam wawancara dengan Ade Koswara (03 Desember 2021) mengatakan bahwa ia akan terus melakukan regenerasi agar kesenian wayang golek di daerahnya tidak padam dan tetap bertahan. Sebab di luar sana masih banyak masyarakat yang sudah teralihkan perhatiannya dari wayang golek. Kemudian tidak hanya di daerahnya sajalah yang cukup mengangkat kesenian itu, tetapi ia juga ingin mengajak, menggugah, dan menyebarluaskan di luar daerah Cidolog karena masih banyak sekali daerah yang sudah vakum dari kesenian wayang golek.

https://youtu.be/MbREsJOiLZk


 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bincang Teater: Mengenal Lebih Dalam Seni Uyeg sebagai Teater Khas Sukabumi

  Talkshow mengenai Teater Uyeg bersama Isma Sundamaya dari Sanggar Seni Rawayan Jika ditelaah lebih jauh, dunia teater sangatlah luas. Perkembangannya tidak pernah terhenti, namun tidak banyak orang yang mengetahui. Kehadirannya seakan di telan bumi, padahal seni teater ini sangatlah membumi. Sebab hanya segelintir pegiat seni yang hafal dan mengapresiasinya. Salah satunya di daerah Jawa Barat, memiliki seni yang patut diangkat dan digugah kembali pada khalayak banyak. Dikenal dengan Teater Uyeg, yang merupakan teater khas Sukabumi. Telah lama lahir dan berkembang dengan perjalanan yang sangat panjang. Demi mengangkat eksistensi teater ini, Kopi Merdeka yang merupakan salah satu komunitas Sukabumi mengusung acara bertemakan "Bincang Teater" pada 16 Juli 2023 untuk mengenal lebih dalam teater khas Sukabumi tersebut. Pada sesi talkshow yang dibawakan bersama Isma Sundamaya dari Sanggar Seni Rawayan, menyatakan bahwa teater uyeg ini sebetulnya tidak diketahui siapa pendirinya. ...

Uyeg : Teater Khas Sukabumi

Pernahkah kalian mendengar teater Uyeg? Sebuah pertunjukan teater rakyat yang menampilkan Raja Uyeg sebagai tokoh utama yang menjadi sentral cerita di dalamnya. Teater ini merupakan teater khas Sukabumi dan masih berkembang sampai sekarang. Sumber: pimpinan Sanggar Rawayan, Wilang Sundakalangan Uyeg memiliki makna yang filosofis.  kata “Uyeg” berasal dari Oyag yang artinya goyang atau bergerak. Kata Uyeg dimaknai sebagai gambaran alam semesta beserta isinya, yang atas kodratnya masing-masing tiada henti bergerak. Seperti halnya bulan, matahari, bumi, angin, air, bahkan pikiran manusia terus bergerak tak pernah beku. Uyeg dapat dipastikan memang merupakan “kelahiran Bogor”, namun seiring berjalannya waktu, ia sampai ke Sukabumi oleh para terdahulunya sendiri hingga menjadi teater khas milik Sukabumi sampai saat ini. Tak dapat dipungkiri, teater inipun mengalami perkembangan, dari sakral ke profan, dari uyeg lama ke uyeg baru, dan dari yang dulunya berfungsi sebagai ritual kini jadi ...